I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsistensi tanah merupakan salah satu sifat fisika
tanah yang penting untuk dipahami. Konsistensi tanah ditakrifkan sehingga
bentuk kerja kakas (force) adhesi dan kohesi pada partikel-partikel tanah pada
berbagai tingkat kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain : i)
ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi dan tarikan; ii)
kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain. Konsistensi
berguna dalam menentukan cara pengolahan tanah yang baik / jitu yang penting
bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan
lengas. Untuk menentukan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam 2 cara yaitu :
1) di lapangan (kualitatif) dan 2) di laboratorium (kuantitatif) berdasarkan
angka-angka Attenberg. Penentuan konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh
kelengasan tanah (basah, kering) dan tekstur tanah (terutama kandungan
lempung).
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara
partikel- partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa
tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah,
lembab dan kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan
atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan
cara penentuan angka Atterberg
Sifat tanah yang nyata dan mudah
dikenali ditentukan oleh warna tanah. Warna tanah yang nyata digunakan sebagai
ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar
diamati dan di ukur dengan lapangan penyaringan yang tidak berjalan dengan
semestinya. Subsoil-subsoil yang tidak berbintik-bintik yang tidak berwarna
abu-abu menunjukkan aerasi dan drainase yang baik. Banyak tanaman yang
mempunyai kebutuhan yang khusus dengan memperhatikan kelembaban dan aerasi
tanah yang baik.
Warna tanah merupakan
petunjuk untuk beberapa
sifat tanah. Karena warna
tanah telah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat didalam tanah
tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya
oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna
tanah makin gelap. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik
yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Oleh
karena itu untuk mengetahui penggolongan tanah dan warnanya dengan menggunakan
buku Munsell Soil Colour Chart maka perlu untuk dilaksanakannya praktikum ini.
1.2 Tujuan
1.
Untuk menentukan konsistensi tanah.
2. Untuk menentukan sampel tanah.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Konsistensi
Konsistensi tanah dapat dikatakan sebagai tingkat
kelekatan tanah terhadap benda
lain. Konsistensi tanah di lapangan ditentukan dalam kondisi basah dan lembab.
Berdasarkan hasil pengamatan, konsistensi tanah yang terdapat di lokasi penelitian untuk kondisi lembab
adalah lepas sampai teguh, sedangkan dalam kondisi basah berkisar dari agak
lekat sampai plastis (Andalusia et al., 2016).
Dalam penentuan konsistensi tanah terdapat dua cara
yaitu di lapangan dan laboratorium dengan pendekatan angka-anga Atterberg.
Konsistensi basah dapat diamati saat tanah berada diatas kapasitas lapangan
atau dalam keadaan basah. Pengamatan dilakukan dengan menentukan kelekatan
(kelekatan bahan tanah saat ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas (bahan
tanah diubah bentuknya seperti sosis atau cacing). Konsistensi lembab dapat
diamati pada saat kondisi kandungan lengas kurang lebih antara kering angin dan
kapasitas lapangan. Penentuan konsistensi lembab dilakuakn dengan cara
memecahkan agregat (bongkah) dalam keadaan kering angin menggunakan ibu jari
dan telunjuk atau mengguanakn tangan. Jenis tanah tertentu mempunyai
konsistensi yang tidak sulit atau sesua dengan kriteria sehingga
pengamat harus mengamati
konsistensi berbeda (Sutanto,
2014).
Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur
berbutir, konsistensi lepas, sangat poros, sehingga daya sangga air dan hara
sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Tekstur
tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga
berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH. Selanjutnya disebutkan bahwa lahan pasir
pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga
mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik (Hasibuan, 2015).
Tanah didefinisikan sebagai agregat tak tersedimentasi
dan terdiri dari mineral granular dan material organik (partikel solid) dengan
zat cair, gas pada ruang kosong diantara partikel solid tersebut. Konsistensi
tanah menunjukkan tahanan daya kohesi atau adhesi butir-butir tanah dengan
benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan
merubah bentuk atau deformasi(Afriani, dan Juansah, 2016).
III.METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
Dasar Ilmu Tanah tentang dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Lahan I
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa
Timur pada hari Selasa, September 2019 pukul 07.30 - 09.20 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar
Ilmu Tanah tentang Konsistensi Tanah
yaitu lempeng kaca, dan botol
penyemprot.
3.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum
Dasar Ilmu Tanah tentang Konsistensi yaitu
sampel tanah ukuran 2mm dan air.
3.3 Cara
Kerja
Keadaan Basah
a. Kelekatan
1.
Memijit
tanah antara ibu jari dengan telunjuk
2.
Menentukan
daya lekatnya
b. Plastisitas
1. Memirit
tanah diantara ibu jari dan telunjuk
2.
Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya berubah bentuk
Keadaan Lembab
1. Meremas
massa tanah pada telapak tangan
2. Menentukan
ketahanan massa tanah terhadap remasan
Keadaan Kering
1. Meremas/menekan
massa tanah pada telapak tangan
2.
Melihat daya tahan
tanah terhadap remasan dan
tekanan telapak tangan.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel .Pengamatan Konsistensi Tanah
|
No
|
Contoh Tanah
|
Konsistensi
|
||
|
Kering
|
Lembab
|
Basah
|
||
|
1
|
Tanah biasa 2mm
(0-20 cm)
|
Keras
|
Gembur
|
Lekat
Tidak plastis
|
|
2
|
Tanah biasa 2mm
(20-40 cm)
|
Agak keras
|
Sangat gembur
|
Agak melekat
Agak plastis
|
|
3
|
Tanah agreat
(0-20 cm)
|
Keras
|
|
|
|
4
|
Tanah agregat
(20-40 cm)
|
Sangat keras
|
|
|
4.2
Pembahasan
4.2.1 Konsistensi
Konsistensi tanah
dilakukan pengamatan pada tanah biasa
dan tanah agregat masing-masing dengan kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Sampel
tanah biasa yang telah disaring diambil 2 sendok dan diletakkan pada kaca
arloji. Tanah yang diamati adalah tanah biasa pada kedalaman 0-20 cm pada
kondisi kering diketahui memiliki konsistensi keras yaitu tahan terhadap
tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan tangan (tidak dengan jari).
Konsistensi dalam keadaan lembab yaitu gembur yang artinya bila diremas dapat
bercerai, bila digenggam massa tanah menggumpal dan melekat bila ditekan. Kosistensi pada keadaan
basah yaitu agak lekat yaitu saat kedua jari dilepaskan,sebagian tanah
tertinggal pada satu jari dan tidak plastis yaitu tidak dapat berbentuk
glintiran tanah.
Tanah
biasa pada kedalaman 20-40 cm kosistensi dalam keadaan kering diketahui agak
keras yaitu agak tahan terhadap tekanan, konsistensi pada keadaan lembab sangat gembur yaitu bila diberi sedikit
tekanan mudah bercerai, digenggam mudah menggumpal dan melekat apabila ditekan.
Konsistensi pada keadaan basah agak melekat yaitu saat kedua jari (antara ibu
jari dan jari telunjuk) dilepaskan sebagian tanah tertinggal pada salah satu
jari dan agak plastis yaitu terbentuk glintiran tanah.
Konsistensi tanah juga
dilakukan pada tanah agregat dengan tanah agregat pada kedalaman 0-20 cm dan
20-40 cm pada keadaan kering. Tanah agregat 0-20 cm konsistensinya yaitu keras
yang artinya tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dan tanah
agregat 20-40 cm memiliki kosistensi yang sangat keras yaitu tahan terhadap
tekanan, massa sukar dipatahkan dengan tangan.
Tanah dengan kandungan liat tinggi dalam keadaan basah
umumnya bersifat lekat dan plastis (Rahayu,2014). Variasi struktur tanah, baik
antar horison, antar pedon dan antar lokasi berpengaruh pada konsistensi tanah
dalam keadaan basah (Nurdin,2012). Konsistensi tanah ini dalam hubungannya
dengan kadar air tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Konsistensi lekat,
dicirikan bahwa tanah dapat melekat atau menempel kepada benda-benda yang
mengenainya. Konsistensi liat atau plastik, dicirikan dengan sifatnya yang
elastik, atau kemampuan dapat diubah-ubah bentuknya dengan mudah.
Konsistensi lunak, dapat dicirikan dengan sifat kegemburannya.
Konsistensi keras, dengan mudah dapat dicirikan kekerasannya, dan pecah-pecah
bila dibelah (Afiani dan
Juansyah,2016)
Faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah
tekstur terutama kandungan lempungnya dan kondisi kelengasan tanah atau kadar air tanah (kering, lembab,
basah). Faktor lainnya
yang mempengaruhi konsistensi tanah
meliputi sifat, dan jumlah koloid
organik maupun anorganik,
struktur, dan kadar air tanah
(Hanafiah,2014).
V.KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
1.
Pengamatan konsistensi tanah
dilakukan dengan menggunakan sampel tanah biasa 0-20 cm dan 20-40 cm ukuran 2mm dan menggunakan tanah agregat0-20 cm
dan 20-40 cm.
2.
Tanah biasa dengan kedalaman 0-20
cm dalam keadaan kering konsistensinya keras, keadaan
lelmbab konsistensinya gembur, keadaaan basah konsistensinya lekat dan tidak plastis. Tanah biasa dengan kedalaman
20-40 cm dalam kondisi kering konsistensinya
3.
Tanah agregat pada kedalaman 0-20
cm konsistensi saat keadaan kering yaitu keras dan tanah agregat kedalaman 20-40 cm konsistensinya sangat keras.
DAFTAR
PUSTAKA
Afriani, L., dan Juansyah, J. 2016. Pengaruh Fraksi
Pasir Dalam Campuran Tanah Lempung Terhadap Nilai CBR dan Indeks Plastisitas
Untuk Meningkatkan Daya Dukung Tanah Dasar. Jurnal
Rekayasa. 20(1): 24-32
Andalusia, B., Zainabun, dan Arabia, T. 2016.
Karakteristik Tanah Ordo Ultisol di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara I (Persero) Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Kawista. 1(1): 45-49
Hanafiah,
K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hasibuan, A.S.Z., 2015. Pemanfaat
Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa
Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of Agro Science. 3(1): 31-40
Nurdin. 2012. Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Inceptisols dari Bahan Lakustrin Paguyaman-Gorontalo Kaitannya dengan
Pengelolaan Tanah. Jurnal Agro Teknologi
Tropika. 1(1): 13-22.
Rahayu, A., Utami, S.R., dan Rayes, M. L. 2014. Karakteristik Dan Klasifikasi
Tanah Pada Lahan Kering Dan Lahan Yang Disawahkan Di Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(2): 79- 87
Sutanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
(Konsep dan Kenyataan). Kanisius.
Yogyakarta.
Comments
Post a Comment